Pulau Mubut terletak di kawasan Barelang – [Batam Rempang Galang]. Berada tepat di sisi timur Pulau Rempang dan dapat dijangkau dengan menggunakan perahu motor (pompong) dari desa terdekat di Pulau Rempang yakni Desa Sembulang.
Pulau Mubut terbagi menjadi dua pulau yakni Mubut Darat dan Mubut Laut. Pulau Mubut Laut dihuni oleh penduduk sedangkan Pulau Mubut Darat tidak ada penghuninya.
Dari Batam kami berenam naik sepeda motor berkumpul di halte Kepri Mall (meeting point) dan melanjutkan perjalanan menuju Desa Sembulang dengan waktu tempuh sekitar 1 jam kurang lebih, sempat gerimis waktu di perjalanan tapi hanya sebentar saja, dan akhirnya tim kami sampai di lokasi.
Dari Sembulang kami menaiki perahu motor (pompong) ke Pulau Mubut darat dengan membayar 50 ribu rupiah perorang untuk satu pompong. Setelah 15 menit yang menegangkan tetapi menyenangkan, kami tiba di Pulau Mubut.
Pemandangan pertama yang terlihat adalah hamparan pasir putih yang lembut dan bersih meliuk mengikuti garis pantai. Kami melompat-lompat saking senangnya. Jarang-jarang menginjakkan kaki di pasir selembut ini. Di Pulau Batam saja hanya sedikit pantai berpasir putih. Itupun telah banyak dikuasai oleh berbagai resort dan hotel berbintang. Nggak ada lagi yang gratisan seperti ini.
Kami segera mencari lokasi untuk mendirikan tenda. Lalu didapati dua pohon kelapa yang berjejer berhampiran. Dahan dan buahnya sudah hilang. Lumayan bisa buat mengikatkan tali hammock dan flysheet dan membuat jemuran baju. Ohya jangan mendirikan tenda tepat di bawah pohon kelapa yang ada dahan kering buahnya ya teman, bisa-bisa tendanya kejatuhan kelapa. Tentu saja liburan bukannya menyenangkan malah menyakitkan karena kepala benjol-benjol tertimpa buah kelapa.
Sore menjelang. Air laut mulai surut setelah rapi mendirikan tenda tiba gilirannya mencari kayu bakar untuk jamuan nanti malam membuat api unggun, setelah kayu bakar tertumpu rapi tinggal saatnya mengisi perut yang mulai keroncongan.
Menu makan yang kami bawa sangat spesial yaitu seafood ada udang sama kepiting. Emmm.. maknyosss.. untuk nasi kami bawa beras. Namun karena makannya di tepi pantai, diiringi semilir angin laut yang melenakan, Alhamdulillah makan malam terasa nikmat sekali sehingga makanan-makanan itu pun ludes berpindah tempat ke perut kami.
Di pulau ini tidak ada sumber air. Untuk keperluan masak kami membawa beberapa botol air mineral ukuran besar. Untuk keperluan sholat, kami wudhu menggunakan air laut. Sedangkan untuk buang air kecil menggunakan air laut dan tissue basah. Untuk buang air besar? Wuaah… kami tetap menjaga sedemikian rupa agar tidak buang air besar hingga keesokan harinya. Masih belum berani dan cukup ngeri buang hajat sembarangan.
0 Komentar